Negeri Kufah merupakan tempat lahirnya seorang ulama yang terkemuka sampai ke ujung dunia yakni Sufyan Ats-Tsauri RA, pada masa Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik. |
Sufyan
Ats-Tsauri tercatat sebagai salah seorang
tokoh ulama di masanya, imam dalam bidang hadits juga bidang keilmuan lainnya,
terkenal juga sebagai pribadi yang wara' atau sangat hati-hati, zuhud, ahli
fikih dan dinilai setara dengan para imam fikih yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
Sufyan Ats-Tsauri adalah pemimpin
ulama-ulama Islam dan gurunya. Sufyan rahimahullah adalah seorang yang
mempunyai kemuliaan, sehingga dia tidak butuh dengan pujian. Selain itu
Ats-Tsauri juga seorang yang bisa dipercaya, mempunyai hafalan yang kuat,
berilmu luas, wara’ dan zuhud" (Al-Hafidz Abu Bakar Al-Khatib
rahimahullah)
Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’
bin Abdillah, atau biasa dengan panggilan akrab beliau Sufyan Ats-Tsauri lahir
pada tahun 77 H di Kufah pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. ayahnya
adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri. Ayahnya
adalah teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk para
perawi Kufah yang dapat dipercaya. Mereka adalah termasuk generasi Tabi’in.
Guru-Guru Sufyan Ats-Tsauri
Al-Hafidz berkata, “Sufyan
meriwayatkan dari ayahnya, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Abdul Malik bin Umair,
Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah, Ismail bin Abu Khalid, Salamah bin Kuhail,
Tharik bin Abdirrahman, Al-Aswad bin Qais, Bayan bin Bisyr, Jami’ bin Abi
Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Husain bin Abdirrahman, Al-A’masy, Manshur, Mughirah,
Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid Al-Yami, Shaleh bin Shaleh bin Haiyu, Abu
Hushain, Amr bin Murrah, ‘Aun bin Abi Jahifah, Furas bin Yahya, Fathr bin
Khalifah, Maharib bin Datsar dan Abu Malik Al-Asyja’i.”
Beliau juga meriwayatkan dari
guru-guru yang berasal dari Kufah, yang diantaranya adalah: Ziyad bin Alaqah,
‘Ashim Al-Ahwal, Sulaiman At-Tamimi, Hamaid Ath-Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid,
Abdul Aziz bin Rafi’, Al-Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim bin
Maisarah, Habib bin Asy-Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi Hind dan Ibnu
‘Aun.
Disamping itu, beliau juga
meriwayatkan dari sekelompok orang dari Bashrah, yaitu Zaid bin Aslam, Abdullah
bin Dinar, Amr bin Dinar, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Musa, Jabalah bin
Sakhim, Rabi’ah, Saad bin Ibrahim, Sima budak Abu bakar, Suhail bin Abi Shaleh,
Abu Az-Zubair, Muhammad, Musa bin Uqbah, Hisyan bin Urwah, Yahya bin Said
Al-Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan yang lain.
Murid-Murid Sufyan Ats-Tsauri
Al-Hafidz berkata, “Orang-orang yang
meriwayatkan darinya tidak terhitung jumlahnya, diantaranya adalah: Ja’far bin
Burqan, Khusaif bin Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain, mereka ini adalah
tergolong guru-guru Sufyan Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya.
Sedangkan murid-murid Ats-Tsauri yang
meriwayatkan darinya adalah: Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’I,
Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lain, mereka ini adalah orang-orang
yang hidup sezaman dengannya.
Diantara murid-muridnya lagi
adalah Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq
Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin
Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdurrazzaq, Ubaidillah Al-Asyja’I, Isa bin
Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud
Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, dan Abu Ishaq Al-fazari.
Selain yang disebutkan diatas
murid-muridnya yang lain adalah Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam,
Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu
Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad
bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di, dan dia adalah perawi tsiqat
(terpercaya) paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri.
Pelarian yang melelahkan
Ketegasan Sufyan Ats-Tsauri terhadap kezhaliman penguasa, membawanya
kepada sebuah pelarian yang melelahkan. Walaupun, hal itu tidak membuatnya
lalai untuk mencari hadits dan mengajarkannya kepada murid-murid yang ia bina.
Hal yang membuatnya dikejar-kejar
penguasa yang saat itu dijabat Al-Mahdi bermula ketika sang raja mendatangi
rumah Sufyan Ats-Tsauri. Al-Mahdi memberikan Ats-Tsauri sebuah cincin yang baru
saja ia lepas dari jarinya. Dan tentu, cincin itu sangat bernilai untuk orang
kebanyakan, termasuk Sufyan Ats-Tsauri.
“Wahai Abu Abdillah,” ucap sang raja
kepada Ats-Tsauri. “Ini adalah cincin kepunyaanku. Ambillah! Aku ingin engkau
berkata kepada umat sesuai Quran dan Sunnah,” seraya sang raja melemparkan
cincin itu kepada Ats-Tsauri.
Cincin itu pun dipegang Ats-Tsauri.
“Izinkan aku berbicara, wahai amirul mukminin,” ucap ulama yang hadits
periwayatannya selalu bernilai shahih. “Ada apa?” ucap Al-Mahdi. “Apa aku akan
aman jika berbicara?” tanya Ats-Tsauri lagi. “Ya, kamu akan aman!” jawab sang
raja.
“Wahai Amirul Mukminin, janganlah
engkau datang kepadaku, sehingga aku sendiri yang datang kepadamu. Dan
janganlah kamu memberikan sesuatu kepadaku, sehingga aku yang meminta
kepadamu!” ucap Ats-Tsauri tanpa sedikit pun menampakkan rasa sungkan.
Betapa marahnya sang raja Al-Mahdi
dengan ucapan yang menghinakan seperti itu. Hampir saja, ia memukul Ats-Tsauri
kalau saja tidak diingatkan seseorang dengan ucapan jaminan aman sebelum
Ats-Tsauri mengungkapkan ketegasannya kepada sang raja.
Orang-orang sudah berkumpul di
sekitar rumah Sufyan Ats-Tsauri untuk melihat keadaan sang ulama. Mereka
khawatir terjadi sesuatu. Dan betapa gembiranya mereka ketika Ats-Tsauri keluar
dari rumah dengan selamat. “Apakah Al-Mahdi mengatakan agar berbicara sesuai
Quran dan Sunnah?” tanya mereka kepada Ats-Tsauri.
Dengan ringan, Sufyan Ats-Tsauri
menjawab, “Jangan anggap serius ucapannya.” Saat itulah, Sufyan Ats-Tsauri
menjadi pelarian. Ia melarikan diri ke Bashrah.
Sebelum ke Bashrah, Ats-Tsauri pergi
menuju Mekah. Al-Mahdi mengetahui keberadaan Ats-Tsauri, dan langsung mengutus
seseorang untuk memerintah penguasa Mekkah, Muhammad bin Ibrahim untuk
menangkap Ats-Tsauri.
Tapi, penguasa Mekkah paham betul
kalau Ats-Tsauri seorang ulama besar yang tidak mungkin berbuat salah hingga
menjadi buronan. Ia mengutus seseorang untuk memberikan pesan khusus kepada
Ats-Tsauri. Isinya, “Jika kamu ada kepentingan untuk menemui beberapa orang di
Mekkah, hubungilah aku untuk memberikan perlindungan. Dan jika tidak, sebaiknya
sembunyi saja!”
Tetap saja, Ats-Tsauri menemui
beberapa ulama Mekkah untuk berdiskusi tentang hadits. Hingga keberadaannya di
Mekkah dirasa sudah tidak aman lagi, Ats-Tsauri pun berangkat menuju Bashrah.
Setibanya di Bashrah, beberapa ulama
langsung menemuinya. Mereka mengkaji beberapa hadits dari Ats-Tsauri dan
berdiskusi dengannya. Dan ketika keberadaannya di Bashrah juga dirasa sudah
tidak aman, Ats-Tsauri pun pergi lagi menuju Baghdad.
Begitu seterusnya, hingga beliau
akhirnya meninggal dunia di Bashrah, masih dalam suasana persembunyian. Ketika
meninggal dunia, seorang ulama, Hammad bin Zaid, berkata, “Wahai Sufyan, aku
tidak merasa iri dengan begitu banyaknya hadits yang kamu hafal. Tapi aku iri
dengan amal shaleh yang telah kamu perbuat.”
Beberapa nasihat Sufyan Ats-Tsauri
yang masih dikenang oleh murid-muridnya. Antara lain, “Melihat wajah orang
zhalim merupakan sebuah kesalahan. Siapa yang mendoakan kebaikan kepada orang
zhalim, maka dia berarti senang berbuat durhaka kepada Allah.”
Seorang murid Sufyan pun berkata,
“Lalu, kepada siapa kami harus bergaul, wahai Syaikh?” Sufyan mengatakan, “Dengan
orang-orang yang senantiasa mengingatkanmu untuk berdzikir kepada Allah, dengan
orang-orang yang membuatmu gemar beramal untuk akhirat. Dan, dengan orang-orang
yang akan menambah ilmumu ketika kamu berbicara kepadanya.”
Surat yang disampaikan ulama yang
selalu mengisi waktu antara Maghrib dan Isya atau Zhuhur dan Ashar dengan
shalat sunnah ini pun mempunyai sambungannya. “Menurutku, sebaiknya kamu jangan
mengundang para penguasa dan bergaul dengan mereka dalam suatu masalah.
Takutlah dengan fitnah dari orang yang taat beribadah tapi seorang yang bodoh,
dan fitnah orang yang mempunyai banyak ilmu tapi tidak mempunyai akhlak
terpuji.”
Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia di
usia 84 tahun dan masih dalam suasana persembunyian. Ulama yang begitu wara’ ini
pun meninggal dunia dengan masih mengenakan sebuah pakaian yang banyak coretan
peta.
Karya-karyanya:
Sufyan Ats-Tsauri merupakan ulama yang produktif, dia sudah menulis
beberapa karya penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan agama, antara
lain:
1.
Al-Jami'ul Kabir fil Fiqhi wal
Ikhtilaf;
2.
Al-Jami'ush Shaghir; dan,
3.
Kitabut Tafsir.
Penilaian ulama:
Di kalangan ulama,
Sufyan Ats-Tsauri adalah salah seorang yang mendapat penilaian istimewa dan
diakui, beberapa penilaian tersebut antara lain terekam dari beberapa tokoh
kenamaan berikut: Abdurrahman bin Mahdi dan Yahya bin Al-Qaththan: "Aku tidak melihat orang yang lebih
pandai mengenai hadits melebihi Sufyan Ats-Tsauri."Yahya bin Ma'in: "Tidak ada yang lebih tahu mengenai
hadits yang diriwayatkan dari Abi Ishaq yang melebihi pengetahuan Sufyan;
demikian pula mengenai hadits dari jalur Manshur, tidak ada yang lebih tahu
daripada Sufyan." Ibnu Uyainah: "Ahli hadits itu ada tiga: Ibnu
Abbas pada zamannya, Asy-Sya'bi pada zamannya, dan Ats-Tsauri pada
zamannya." Syu'bah, Abu Ashim, Ibnu Ma'in: "Sufyan Ats-Tsauri adalah seorang
pemimpin orang mukmin dalam bidang hadits.
Wafatnya Sufyan Ats-Tsauri
Adz-Dzahabi berkata, “Menurut
pendapat yang benar, Sufyan meninggal pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi
juga mengatakan demikian, sedangkan Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa
meninggalnya Sufyan adalah pada tahun 162 H.
Sufyan rahimahullah memberikan wasiat
kepada Abdurrahman bin Abdul Malik, agar menyalatinya. Dan ketika beliau
meninggal Abdurrahman pun memenuhi wasiatnya tersebut dengan menyalatinya
bersama penduduk Bashrah. Mereka telah menjadi saksi meninggalnya Sufyan.
Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid bin Al-Haritsah dan dibantu penduduk Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara pemakaman selesai, dia bergegas ke Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan perihal meninggalnya Sufyan.
0 Comments