Biografi Imam Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi –
Tahukah Anda siapa yang pertama kali menyusun kamus? Siapakah ia? Penasaran
dengan jawabannya? Baca artikel di bawah ini sampai selesai!
Beliau
adalah seorang ulama ahli bahasa ( لُغَوِيٌّ ) dan sastra Arab, penemu Al-‘Arudh ( ilmu persajakan
Arab). Guru utamanya dalam ilmu bahasa Arab adalah Ibnu Abi Ishaq
Al-Hadhrami (ahli bahasa yang pertama kali menyusun
ensiklopedia Nahwu).
Nasab Beliau
Nama
dan nasab lengkap beliau adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi bin ‘Amru bin
Tamim Al-Farahidi Al-Azdi Al-Yahmadi Al-Bashri. Namun beliau lebih dikenal
dengan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi saja. Kunyah beliau
adalah Abu Abdirrahman.
Dan
nama lengkapnya dalam bahasa Arab seperti ini ( الخليل بن أحمد بن عمرو بن تميم الفراهيدي الأزدي اليحمدي ). Beliau lahir di Oman pada tahun 100H. Dan sejak kecil sudah hijrah ke
Basra, dan menetap di sana hingga wafat.
Guru-Guru Beliau
Sejak
dini beliau tekun menuntut ilmu, dan berguru dari beberapa ulama besar. Guru
bahasa Arabnya selain Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami adalah Abu Amru
Al-Bashri, dan Isa bin Umar Ats-Tsaqafi.
Selain
ilmu bahasa Arab, beliau juga belajar hadits dan meriwayatkannya dari beberapa
ulama hadits, semisal Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin Sulaiman
Al-Ahwal, Al-‘Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan.
Murid-Murid Beliau
Karena
beliau adalah seorang ulama besar, banyak orang yang datang ingin menjadi
muridnya untuk menguras ilmu yang ia miliki. Tidak sedikit diantara mereka yang
menjadi ulama bahasa yang diperhitungkan sepeninggalnya.
Berikut
ini beberapa nama-nama murid yang menonjol dan disebutkan oleh ahli sejarah,
diantaranya adalah Sibawaih, Abdulmalik
bin Quraib Al-Asma’i, Al-Kisa’i, An-Nadhar bin Syamil, Harun bin Musa an-Nahwi, Wahb bin
Jarir, dan Ali bin Nashr al-Hadhrami.
Sifat
dan Akhlak Beliau
Keluasan
ilmu dan kejeniusan Al-Khalil (julukan beliau) sudah tidak diragukan lagi.
Namun begitu, ia tetap rendah hati, bahkan dikenal sebagai zaahid (ahli
zuhud) dan wari’ (orang yang menghindari berlebihan dalam
hal-hal yang mubah). Dan para ulama sejarah sepakat, bahwa tidak ada ahli
bahasa yang lebih mulia akhlak dan jiwanya dari beliau.
Ibnu
Khalikan menukil dari salah satu muridnya An-Nadhr bin Syumail, ia berkata:”Al-Khalil
tinggal di sebuah gubuk di kota Basra, yang harganya tidak lebih dari 2 fils
(nominal yang sangat rendah sekali), padahal murid-muridnya mendapatkan banyak
harta dari ilmu yang mereka peroleh darinya“.
Pernyataan
tersebut menunjukkan kezuhudan dan berpalingnya dari kemewahan dunia. Padahal
jika beliau mau, bisa saja ia meminta setiap yang ingin berguru kepadanya untuk
membayar iuran tetap. Namun dengan ketinggian dan keluasan ilmunya, beliau
tidak sombong dan takjub, atau menggunakannya untuk meraih kesenangan dunia.
Disebutkan
bahwa gubernur Persia dan Ahwaz di masa itu mendengar perihal kehidupan beliau
yang sahaja, bahkan sulit, ia ingin memberinya insentif bulanan dari harta
negara, supaya bisa menutupi kebutuhan hidupnya.
Lalu
ia mengutus utusannya kepada Al-Khalil dan mengundangnya ke istana.
Namun
ketika utusan gubernur tiba, ia menyambutkan, lalu mengeluarkan roti kering dan
berkata :“ Katakan kepada tuanmu, aku
tidak bisa menerima apa yang ia berikan, selama aku bisa mendapatkan ini, sudah cukup bagiku“.
ubhanallah, alangkah mulianya jiwa tersebut. Maka, tidaklah berlebihan ketika Imam
Sufyan bin Uyainah –rahimahullahu– berkata: “Siapa yang ingin melihat orang
yang diciptakan dari emas dan kasturi, hendaklah ia melihat kepada Al-Khalil bin
Ahmad Al-Farahidi.“
Karya Ilmiyyah
Beliau
memiliki banyak karya ilmiyah/buku, diantaranya:
- Mu’jam Al-‘Ain
( مُعْجَمُ / كِتَابُ العَيْنِ ) merupakan kamus pertama dalam bahasa Arab.
- Kitab
An-Nagham ( كِتَابُ النَّغَمِ ).
- Kitab
Al-‘Aruudh ( كِتَابُ العَرُوْضِ ).
- Kitab Asy-Syawaahid
( كِتَابُ الشَّوَاهِدِ ).
- Kitab
An-Nuqath wa Asy-Syakl ( كِتَابُ النُّقَطِ وَالشَّكْلِ ).
- Kitab
Al-Iiqaa’ ( كِتَابُ الإِيْقَاعِ ).
- Kitab Ma’aanii
Al-Huruuf ( كِتَابُ مَعَانِي الحُرُوْفِ ).
Wafat
Beliau
wafat di kota Basra – Iraq pada bulan Jumada Al-Aakhirah tahun 174HH, pada masa
kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti Abbasiyyah.
Imam
Adz-Dzhabi menyebutkan di bukunya Tarikh Al-Islam sebuah
kisah yang menjelaskan sebab meninggalnya beliau, diriwayatkan bahwa ia
(Al-Khalil) berkata: “Aku sedang memikirkan sebuah metode, supaya Al-Hisab
(Matematika) mudah difahami oleh orang awam“. Lalu ia masuk ke masjid
sambil terus berfikir, dan tanpa disadari ia menabrak tiang yang ada di
depannya, lalu ia jatuh dan wafat setelahnya.
Ada riwayat
lain yang menyebutkan bahwa ia menabrak tiang ketika sedang taqtii’
asy-syi’r (istilah untuk sebuah kegiatan dalam ilmu Al-‘Arudh),
dan meninggal setelahnya.
***
Demikian
kisah perjalanan hidup Imam Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Semoga siroh beliau
bisa memotivasi jiwa yang sedang futur dan kendur, dan
menginspirasi generasi muda yang hidup di masa keterasingan seperti ini.
Semoga
Allah merahmati beliau dan menempatkannya di surga-Nya yang luas, aamiin.
Hanya Allah-lah yang Kuasa memberikan balasan yang setimpal atas jasa-jasanya
terhadap ilmu selama hidup.
0 Comments